cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 08538212     EISSN : 25286870     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Penelitian Tanaman Industri merupakan publikasi ilmiah primer yang memuat hasil penelitian primer komoditas perkebunan yang belum dimuat pada media apapun, diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, DIPA 2011 terbit empat kali setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 26, No 2 (2020): December, 2020" : 6 Documents clear
DIVERSITY OF EXTRACELLULAR ENZYMES PRODUCED BY ENDOPHYTIC FUNGUS ORIGINATED FROM Centella asiatica (L.) Urban Susilowati, Dwi Ningsih; Setiyani, Alfi Dwi; Radiastuti, Nani; Sofiana, Indah; Suryadi, Yadi
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 26, No 2 (2020): December, 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v26n2.2020.78-91

Abstract

Asiatic Pennyworth (Centella asiatica) is a medicinal plant known to be symbiotic with various types of endophytic fungi. There are extensively studied as a source of new bioactive compounds, including extracellular enzymes. This study aimed to characterize enzymes produced by 40 endophytic fungi from C. asiatica. This research was conducted at the Microbiology Laboratory, Indonesian Center for Agricultural Biotechnology and Genetic Resources Research and Development Bogor and the Microbiology Laboratory, PLT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in February to April 2019. Seven enzymes screened were asparaginase, amylase, cellulase, pectinase, protease, glucanase, and laccase on Potato Dextrose Agar enriched with a specific substrate. The results showed that the number and type of enzymes produced by the fungi varied.  Phanerochaete chrysosporium MB02, Fusarium falciforme MB07, Trichaptum sp.MB11, Fusariumkeratoplasticum MB12, Penicillium capsulatum MB15, Phomamultirostrata MB16, Fusarium oxysporum MB17, and Mycochaetophora gentianae MB21 produced the highest enzyme number, i.e., six types of enzymes.  Colletotrichum tabaci MB14 produced the highest index value for asparaginase (index 2.65), Fusarium keratoplasticum MB12, Colletotrichum tabaci MB14, and Phoma multirostrata MB16 for amylase (index 2.00); Peroneutypa scoparia MM10 for cellulase (index 4.10); Colletotrichum karstii MM02 for pectinase (index4.12); C. tabaci MB14 for protease (index 4.37); Acrocalymma vagum MB04 for glucanase (index 1.68); and Fusarium solani MM03 for laccase (index 0.22). Colletotrichum tabaci MB14 was superior because it produced the highest of 3 enzymes (asparaginase, amylase, and protease).  Further study is required to find optimal conditions for each enzyme production for industrial purposes.Keywords: Asiatic Pennyworth, extracellular enzyme, in vitro production Abstrak KERAGAMAN ENZIM EKSTRASELULER DIHASILKAN OLEH JAMUR ENDOFIT ASAL Centella asiatica (L.) UrbanTanaman Pegagan (Centella asiatica) adalah tanaman obat yang dikenal bersimbiosis dengan berbagai jenis jamur endofit. Jamur endofit dipelajari secara ekstensif sebagai sumber senyawa bioaktif baru, termasuk enzim ekstraseluler. Enzim asparaginase, amilase, selulase, pektinase, protease, glukanase, dan lakase digunakan dalam industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi beberapa produksi enzim dari 40 jamur endofit dari C. asiatica. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor dan Laboratorium Mikrobiologi, PLT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Februari hingga April 2019. Skrining enzim asparaginase, amilase, selulase, pektinase, protease, glukanase, dan lakase dilakukan pada medium Potato Dextrose Agar yang diperkaya dengan substrat tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah dan jenis enzim yang dihasilkan oleh jamur bervariasi. Phanerochaete chrysosporium MB02, Fusarium falciforme MB07, Trichaptum sp. MB11, Fusarium keratoplasticum MB12, Penicillium capsulatum MB15, Phoma multirostrata MB16, Fusarium oxysporum MB17, dan Mycochaetophora gentianae MB21 menghasilkan jumlah enzim tertinggi (6 jenis enzim). Berdasarkan enzim yang diproduksi (nilai indeks), Colletotrichum tabaci MB14 menghasilkan asparaginase tertinggi (indeks 2,65), Fusarium keratoplasticum MB12, Colletotrichum tabaci MB14, dan Phoma multirostrata MB16 untuk amilase (indeks 2,00); Peroneutypa scoparia MM10 untuk selulase (indeks 4.10); Colletotrichum karstii MM02 untuk pektinase (indeks 4.12); C. tabaci MB14 untuk protease (indeks 4.37); Acrocalymma vagum MB04 untuk glukanase (indeks 1,68); dan Fusarium solani MM03 untuk lakase (indeks 0,22). Colletotrichum tabaci MB14 merupakan isolat yang unggul penghasil 3 jenis enzim tertinggi (asparaginase, amilase, dan protease).  Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis secara kuantitatif produksi enzim ekstraseluler yang dihasilkan dan prospeknya untuk keperluan industri.Kata kunci:  Enzim ekstraseluler, pegagan, produksi in vitro 
POLLEN VIABILITY AND MORPHOLOGY OF SESAME (Sesamum indicum L.) AS A RESULT OF GAMMA RAY IRRADIATION Janis Damaiyani; Sri Adikadarsih; Heri Prabowo
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 26, No 2 (2020): December, 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v26n2.2020.69-77

Abstract

Pest and disease attack is a limiting factor in the production of sesame (Sesamum indicum L.). Efforts to assemble superior sesame varieties that are resistant to pests and diseases can be a solution to increase productivity. To get superior varieties can be done through mutations using gamma-ray irradiation. The problem is the mutations can affect the viability and morphology of pollen. This research aimed to determine the effect of gamma-ray irradiation doses on the viability and morphology of sesame pollen. It was conducted at Indonesian Sweetener and Fiber Crops Research Institute and Research Center for Plant Conservation and Botanic Garden-LIPI, from January to May 2019. It was arranged in completely randomized design with two factors. The first factor was the type of sesame variety (Sumberrejo 1, Winas 1, and Winas 2),, while the second factor was the dose of gamma-ray irradiation (0, 100, 200, 300, 400, and 600 Gy). The variables to be observed were the viability and morphology of pollen. The results showed that gamma-ray irradiation up to a dose of 600 Gy did not affect the morphology, but did affected the viability of sesame pollen. The viability of pollen Sumberrejo 1 and Winas 1 varieties irradiated at doses of 100-300 Gy did not change and remained high (>50%), but at doses >300 Gy, viability decreased up to <50%. In Winas 2, pollen viability <10%, irradiated or not. The morphology of sesame pollen varieties Sumberrejo 1, Winas 1 and 2 have the character of monad, isopolar, stephanoaperture, with various sizes of pollen units.Keywords: irradiation, gamma ray, pollen, sesame (Sesamum indicum L.) AbstrakVIABILITAS DAN MORFOLOGI SERBUK SARI TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) HASIL IRADIASI SINAR GAMMASerangan hama penyakit merupakan faktor pembatas dalam produksi wijen (Sesamum indicum L.). Upaya perakitan varietas unggul wijen yang tahan terhadap hama penyakit dapat menjadi solusi agar produktivitasnya meningkat. Untuk mendapatkan varietas unggul, dapat dilakukan melalui mutasi menggunakan iradiasi sinar gamma. Kendalanya adalah mutasi dapat memengaruhi viabilitas dan morfologi serbuk sari. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh dosis iradiasi sinar gamma terhadap viabilitas dan morfologi serbuk sari wijen. Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat serta Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya-LIPI, dari bulan Januari hingga Mei 2019. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan acak kelompok 2 faktor. Faktor pertama adalah jenis varietas wijen (varietas Sumberrejo 1, Winas 1, dan Winas 2), sedangkan faktor kedua adalah dosis iradiasi sinar gamma (0, 100, 200, 300, 400, dan 600 Gy).Variabel yang diamati adalah viabilitas  dan morfologi serbuk sari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma sampai dengan dosis 600 Gy tidak memengaruhi morfologi, tetapi memengaruhi viabilitas serbuk sari wijen. Viabilitas serbuk sari varietas Sumberrejo 1 dan Winas 1 hasil iradiasi dengan dosis 100-300 Gy tidak berubah dan tetap tinggi (>50%), tetapi pada dosis >300 Gy, viabilitas menurun hingga <50%.  Pada Winas 2, viabilitas serbuk sari <10%, baik diiradiasi maupun tidak. Morfologi serbuk sari wijen varietas Sumberrejo 1, Winas 1 dan 2 memiliki karakter monad, isopolar, stephanoaperture, dengan ukuran unit yang bervariasi.Kata kunci:  iradiasi, sinar gamma, serbuk sari, wijen (Sesamum indicum L.)
FARMERS’ SATISFACTION TOWARD ARRANGEMENT AND PERFORMANCE OF SUGARCANE CONTRACT FARMING IN WONOLANGAN SUGAR MILL, PROBOLINGGO, EAST JAVA Rondhi, Mohammad; Ratnasari, Devyana Dwi; Supriono, Agus; Hapsari, Triana Dewi; Kuntadi, Ebban Bagus; Agustina, Titin; Suwandari, Anik; Rokhani, Rokhani
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 26, No 2 (2020): December, 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v26n2.2020.58-68

Abstract

The sugarcane supply chain needs to be efficient and highly coordinated to ensure quality and quantity. Contract farming is an instrument used to achieve efficiency and high coordination of the sugarcane supply chain. The efficiency of contract farming depends on how the contract's arrangement satisfies the requirements and characteristics of each party involved. This study aimed to analyze the arrangement and farmer's satisfaction toward the implementation of contract farming. This study was conducted at PG Wonolangan in Probolinggo, East Java, on March, April, and September 2018. The samples used in this study consisted of 100 sugarcane contract farmers in PG Wonolangan and seven employees of PG Wonolangan. Descriptive and rank Spearman correlation analyses were employed to analyze the arrangement and farmer's satisfaction toward contract farming. The results of this study showed that there was a change in the contractual arrangement between PG and farmers. Currently, the role of PG changed from acting as farm credit and inputs supplier into a market guarantor for farmers; the changes reduced the risk and capital requirements of PG. In general, farmers were satisfied with the implementation of contract farming. The farmers' satisfaction increased as farm extension, scheduled planting and harvesting times, and the quickest harvest and transport management. However, they have concerns regarding farm inputs provision and profit-sharing mechanism.Keywords: Sugarcane agribusiness, correlation analysis, supply chainAbstrakKEPUASAN PETANI TERHADAP POLA DAN KINERJA KEMITRAAN USAHATANI TEBU DI PABRIK GULA WONOLANGAN, PROBOLINGGO, JAWA TIMURRantai pasok agribisnis tebu perlu efisiensi dan keeratan koordinasi yang tinggi untuk menjaga kualitas dan kuantitas gula yang dihasilkan. Kemitraan adalah salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi dan koordinasi rantai pasok agribisnis tebu. Efisiensi kemitraan tergantung pada bagaimana pola kemitraan tersebut bisa memuaskan kebutuhan dan karakteristik pihak yang bermitra. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola kemitraan usahatani tebu dan kepuasan petani terhadap kinerja kemitraan. Penelitian dilakukan pada Pabrik Gula (PG) Wonolongan di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, pada bulan Maret, April, dan September 2018. Responden terdiri dari 100 petani mitra PG Wonolangan dan 7 pegawai PG Wonolangan. Analisis deskriptif dan korelasi rank spearman digunakan untuk menjelaskan pola kemitraan dan kepuasan petani terhadap kemitraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan pola kemitraan antara PG dengan petani. PG berubah peran dari yang sebelumnya sebagai pemberi kredit dan input usahatani menjadi penjamin pasar, perubahan ini menurunkan risiko usaha PG serta modal awal yang harus dikeluarkan PG. Secara umum, petani mitra merasa puas dengan kemitraan yang dijalankan PG Wonolangan. Faktor yang memperkuat kepuasan petani adalah adanya bimbingan teknis dari PG, teraturnya jadwal tanam dan panen, serta cepatnya proses tebang dan angkut. Akan tetapi fasilitas saprodi, sistem bagi hasil dan penentuan rendemen dengan sistem hamparan merupakan faktor yang menjadi perhatian petani.Kata kunci : Agribisnis tebu, analisis korelasi, rantai pasok.
THE EFFECT OF THERMAL AND NON-THERMAL REPROCESSING ON MICROBIAL AND OFF-FLAVOR CONTAMINATION OF WHITE PEPPER Kendri Wahyuningsih; Christina Winarti; Sari Intan Kailaku; Hernani Hernani
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 26, No 2 (2020): December, 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v26n2.2020.108-118

Abstract

Traditional handling and processing technology of pepper (Piper nigrum) at farmer-scale produced white pepper with high microbial and off-flavor, over the SNI quality maximum limit. An experiment to determine the effect of thermal (steam heat) and non-thermal (immersion in ozone water) re-processing on microbial and off-flavor contamination of white pepper, had been executed in Laboratory of the Indonesian Center for Agricultural Postharvest Research and Development work during February – November 2019. The experiment was arranged in a Complete Randomized Design with 7 treatments and three replications. The seven treatments were: control (no reprocessing), thermal treatment steam heat at 90 - 100°C for 0, 30, 60, 90 minutes and non-thermal immersionin ozonized water for 0, 20, 40, dan 60 minutes. The result showed that thermal and non-thermal reprocessing of white pepper could increase the physical characters, reduce microbial contaminant, as well as off-flavor contamination in produced white pepper. Thermal treatments for 30 minutes was identified as the best treatment. The process had been able to improve the quality of white pepper to meet SNI quality class II, reduced the microbial contaminant and reduced the chemical compounds producing off-flavor. GC-MS analysis showed that the ability of thermal treatment in reducing those compounds, such as hexanoic acid, p-cresol and 3-methyl indole. Meanwhile, propanoic acid and heptanoic acid were undetected.Keywords:   White pepper, hot water vapor, ozone, off-flavor AbstrakPENGARUH PENANGANAN ULANG SECARA TERMAL DAN NON-TERMAL TERHADAP TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA DAN BAU MENYIMPANG PADA LADA PUTIHLada putih (Piper nigrum) hasil olahan petani secara tradisional sering menghasilkan biji lada putih yang berbau menyimpang (off-flavor) menyerupai bau kotoran dan cemaran mikroba melebihi ambang batas menurut SNI. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen dari bulan Februari - November 2019. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penanganan ulang biji lada putih secara termal (pemberian uap panas) dan non-termal (perendaman dalam air mengandung ozon) terhadap sifat fisiko-kimia, penurunan kontaminan mikroba dan penekanan bau menyimpang. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan tersebut meliputi: kontrol (tanpa perlakuan penanganan ulang), perlakuan termal dengan pemberian uap panas pada 90-100 oC selama 30, 60 dan 90 menit serta perlakuan non-termal yaitu perendaman dalam air berozon selama 20, 40, dan 60 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanganan ulang lada putih secara termal dan non-termal telah mampu memperbaiki mutu fisik, menurunkan kontaminan mikroba dan menekan bau menyimpang pada lada putih. Hasil terbaik diperoleh pada perlakuan secara termal selama 30 menit yang mampu meningkatkan kualitas biji lada putih hingga memenuhi SNI mutu II, menekan kontaminan mikroba dan bau menyimpang secara maksimal. Hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa perlakuan termal selama 30 menit telah mampu menurunkan persentase senyawa kimia penyebab bau menyimpang (menyerupai bau tinja dan apek), yaitu senyawa asam heksanoat, p-cresol, dan 3-metil indol. Sedangkan limpahan senyawa asam propanoat dan asam heptanoat sudah hilang tidak terdeteksi oleh instrumen.Kata kunci: Lada putih, uap air panas, ozon, bau menyimpang
COST OF PRODUCTION AND FEASIBILITY STUDY OF ORGANIC SITRONELA AGRIBUSINESS Ekwasita Rini Pribadi; Agus Kardinan; Octavia Trisilawati; Molide Rizal
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 26, No 2 (2020): December, 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v26n2.2020.119-128

Abstract

The cost production and business feasibility is useful in determining the price cost, and decision making for future business development of organic citonella. The research was conducted at the PT. Pemalang Agro Wangi in Jonggol - Bogor Regency in April 2019.  Analysis of the cost of production was carried out by the full costing method. The feasibility test was carried out with several investment feasibility criteria, namely B/C ratio, NPV and IRR.Data collection was done by interviewing key informants, namely: producers and farmers of organic citronella using snowball sampling. The results showed that price cost of seeds, herbs and oil of organic  sitronela were Rp.103,00/cuttings, Rp662,00/kg and Rp205.757,00/kg. The Organic sitronela nursery and herbs were feasible, at 7% / year interest rates,  each  produced Net B/C ratio were 4,7% and NPV Rp289.386.802,00 per ha, and B/C ratio of 1.05, NPV of Rp49.024.781,00 and IRR 17,92% for eleven ha Organic citronella cultivation produced essential oil content of 0.35% to 0.7% lower than inorganic cultivation >1%, thus impact on higher cost of product. In order for the cultivation of organic citronella to develop, the selling price of oil should be more expensive than inorganic citronella oil.Keywords: Cymbopogon nardus (L.) Rendl, organic, cost price, business feasibility AbstrakANALISA BIAYA POKOK DAN KELAYAKAN AGRIBISNIS SERAI WANGI ORGANIKPerhitungan harga pokok dan kelayakan usaha sangat bermanfaat dalam menetapkan harga jual, dan pengambilan keputusan untuk pengembangan usaha serai wangi organik. Penelitian dilakukan di kebun PT. Pemalang Agro Wangi di Jonggol – Kabupaten Bogor pada bulan April 2019. Analisis harga pokok produksi dilakukan dengan metode full costing. Uji kelayakan dilakukan dengan kriteria kelayakan investasi yaitu B/C ratio, NPV dan IRR. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara kepada informan kunci yaitu: produsen serai wangi organik dan petani penggarap menggunakan metode bola salju (snowball sampling). Hasil penelitian menunjukkan usaha agribisnis serai wangi organik menghasilkan harga pokok benih, daun dan minyak masing-masing sebesar Rp103,00/stek,  Rp662,00/kg dan Rp205.757,00/kg. Usahatani benih dan daun serai wangi organik layak diusahakan, pada suku bunga 7%/tahun. Untuk usaha benih diperoleh B/C 4,7 dan NPV Rp289.386.802,00 per ha, serta untuk usaha daun diperoleh B/C 1,05, NPV Rp49.024.781,00 dan IRR 17,92 % per delapan ha. Budidaya serai wangi organik menghasilkan kadar minyak atsiri 0,35-0,7% lebih rendah dari pada budidaya anorganik (>1%), sehingga berdampak pada harga pokok produk yang lebih tinggi. Agar budidaya serai wangi organik berkembang, harga jual minyak seharusnya lebih mahal dari minyak serai wangi anorganik.Kata kunci: Cymbopogon nardus (L.) Rendl, organik, harga pokok, kelayakan usaha
POTASSIUM FERTILIZER AND YOUNG SHOOT REMOVAL OF LARGE WHITE GINGER PLANT IMPROVE RHIZOME SEEDS STORABILITY Melati Melati; Satriyas Ilyas; Endah Retno Palupi; Anas D. Susila
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 26, No 2 (2020): December, 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v26n2.2020.92-107

Abstract

The application of the appropriate potassium dosage is expected to produce high quality of rhizome seeds, hence improving its storability.Growing shoots are a strong sink. Thus, shoot removal aims to divert the photosynthate partition of shoots to the rhizome to improve rhizome development. The purpose of the research was to evaluate K dosage and young shoot removal:s effect to improve the production and quality of rhizome seeds of large white ginger. The experiment was arranged in the glasshouse in a split-plot design with four replications. The main plot was shoot removal treatments: 1) un removal, and 2) young shoots removal at six months after planting(MAP). The subplots were five doses of K; 0, 150 kg/ha, 300kg/ha, 450kg/ha, 600 kg/ha equivalent to 0, 3.75, 7.5, 11.25 and 15 g/plant respectively. The potassium fertilization was two times at 1 and 3 MAP, half dosage for each application. There was no interaction between young shoot removal and potassium dosage on the rhizome’s yield, physical, and biochemical quality. However, potassium dosage affected seed viability significantly. Potassium dosage presented a quadratic response with 7.5 g K/plant gave the best seed viability, whereas the optimum dosage for plant height was at 6.7 g K/plant. Shoot removal at 6 MAP produced seeds with enhanced storability, up to 9 months. Furthermore, it also improved seed viability as indicated by better seed growth than unremoval shoot treatment.Keywords: optimum dosage, seed quality, yield, Zingiber officinal. AbstrakPEMUPUKAN KALIUM DAN PEMBUANGAN TUNAS MUDA TANAMAN JAHE MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BENIH JAHE PUTIH BESARPemberian pupuk K yang tepat diharapkan dapat menghasilkan benih rimpang yang bermutu tinggi karena dapat disimpan dalam jangka waktu yang panjang. Tunas yang sedang berkembang merupakan sink yang kuat. Pembuangan tunas bertujuan untuk dapat mengalihkan partisi fotosintat dari tunas ke rimpang. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk K dan mengetahui pengaruh pembuangan tunas muda terhadap produksi benih dan mutu rimpang jahe putih besar (JPB) sehingga memiliki daya simpan lama. Percobaan disusun dengan rancangan petak terbagi dengan empat ulangan. Petak utama adalah pembuangan tunas yaitu: 1)tanpa pembuangan tunas, dan 2)tunas muda dibuang pada 6 bulan setelah tanam (BST). Anak petak adalah lima dosis pupuk K yang diberikan pada 30 dan 90 BST yaitu: 1) tanpa K, 2) 150 kg/ha, 300 kg/ha, 450kg/ha, 600 kg/ha. Dosis pupuk tersebut setara dengan penambahan 0; 3,75; 7,5; 11,25 dan 15 g per tanaman masing-masing 1/2 dosis pada setiap pemberian. Hasil percobaan menunjukkan bahwa faktor tunggal pembuangan tunas muda pada umur 6 bulan setelah tanam (BST) dan pupuk K tidak berpengaruh terhadap produksi dan mutu fisik serta biokimia rimpang. Dosis pupuk K memengaruhi viabilitas benih yang dihasilkan. Viabilitas benih terbaik didapatkan pada penambahan pupuk K dosis 7,5 g/tanaman dengan respon kuadratik dan konsentrasi optimum untuk tinggi tanaman adalah 6,7 g/tanaman. Pembuangan tunas muda tanaman induk pada 6 BST menghasilkan benih yang dapat disimpan dalam jangka waktu 9 bulan serta viabilitas benih dengan pertumbuhan bibit yang lebih baik dibandingkan tanaman tanpa pembuangan tunas.Kata kunci: dosis optimum, mutu benih, produksi, Zingiber officinal.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2020 2020


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 2 (2021): December 2021 Vol 27, No 1 (2021): June, 2021 Vol 26, No 2 (2020): December, 2020 Vol 26, No 1 (2020): June, 2020 Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019 Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019 Vol 24, No 2 (2018): Desember, 2018 Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018 Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017 Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017 Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016 Vol 22, No 3 (2016): September, 2016 Vol 22, No 2 (2016): Juni, 2016 Vol 22, No 1 (2016): Maret, 2016 Vol 21, No 4 (2015): Desember 2015 Vol 21, No 3 (2015): September 2015 Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015 Vol 21, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 20, No 4 (2014): Desember 2014 Vol 20, No 3 (2014): September 2014 Vol 20, No 2 (2014): Juni 2014 Vol 20, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 19, No 4 (2013): Desember 2013 Vol 19, No 3 (2013): September 2013 Vol 19, No 2 (2013): Juni 2013 Vol 19, No 1 (2013): Maret 2013 Vol 18, No 4 (2012): Desember 2012 Vol 18, No 3 (2012): September 2012 Vol 18, No 2 (2012): Juni 2012 Vol 18, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 17, No 4 (2011): Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): September 2011 Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011 Vol 17, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 16, No 4 (2010): Desember 2010 Vol 16, No 3 (2010): September 2010 Vol 16, No 2 (2010): Juni 2010 Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 15, No 4 (2009): Desember 2009 Vol 15, No 3 (2009): September 2009 Vol 15, No 2 (2009): Juni 2009 Vol 15, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008 Vol 14, No 3 (2008): September 2008 Vol 14, No 2 (2008): Juni 2008 Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 13, No 4 (2007): DESEMBER 2007 Vol 13, No 3 (2007): SEPTEMBER 2007 Vol 13, No 2 (2007): JUNI 2007 Vol 13, No 1 (2007): MARET 2007 Vol 12, No 4 (2006): DESEMBER 2006 Vol 12, No 3 (2006): SEPTEMBER 2006 Vol 12, No 2 (2006): JUNI 2006 Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006 Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005 Vol 11, No 3 (2005): SEPTEMBER 2005 Vol 11, No 2 (2005): JUNI 2005 Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 10, No 4 (2004): Desember, 2004 Vol 10, No 3 (2004): September, 2004 Vol 10, No 2 (2004): Juni 2004 Vol 10, No 1 (2004): Maret 2004 Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003 Vol 9, No 3 (2003): September, 2003 Vol 9, No 2 (2003): Juni, 2003 Vol 9, No 1 (2003): Maret, 2003 Vol 8, No 4 (2002): Desember, 2002 Vol 8, No 3 (2002): September, 2002 Vol 8, No 2 (2002): Juni, 2002 Vol 8, No 1 (2002): Maret, 2002 Vol 7, No 4 (2001): Desember, 2001 Vol 7, No 3 (2001): September, 2001 Vol 7, No 2 (2001): Juni,2001 Vol 7, No 1 (2001): Maret, 2001 Vol 6, No 3 (2000): Desember, 2000 Vol 6, No 2 (2000): September, 2000 Vol 6, No 1 (2000): Juni, 2000 Vol 5, No 4 (2000): Maret, 2000 Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999 Vol 5, No 2 (1999): September, 1999 Vol 5, No 1 (1999): Juni, 1999 Vol 4, No 6 (1999): Maret, 1999 Vol 4, No 5 (1999): Januari, 1999 Vol 4, No 4 (1998): November, 1998 More Issue